Surat Lamaran :
Kepada :
Wanita yang entah dan barangkali tidak akan membaca tulisan ini.
Kuberitakan kepadamu, bahwa aku seorang lelaki yang hendak menyampaikan sesuatu kepadamu.
Aku seorang lelaki berusia 30 tahun, aku tidak mengenalmu dengan baik namun mempunyai niat baik untuk mengenalmu lebih baik lagi.
Aku ingin membersamaimu hidupmu. Menjadi pelindung, penyejuk dan penentram hatimu. Namun, haram antara seorang lelaki dan wanita yang bukan mahramnya bersama-sama tanpa ada ikatan yang sah menurut agama (kamu juga pasti paham akan hal itu bukan?)
Menurutku kamu juga wanita yang baik dan tentu tidak akan keberatan dengan niat baikku ini. Bukankah setiap manusia diciptakan berpasangan? Maka barangkali kita adalah sepasang yang selama ini belum saling menemukan.
Meskipun aku bukan lelaki yang baik, tetapi aku sedang belajar menjadi baik. Bukankah jika didasari dengan niat yang baik, maka Allah SWT akan menguatkan dalam perjalanan ini?
Jika bersamamu adalah jalan menuju-Nya, maka izinkanlah aku seorang lelaki ini menyatakan ingin membina rumah tangga bersamamu dan menjadikanmu sebagai makmum di dalamnya.
Sebagai ibu dari anak-anak yang lahir dari rahimmu, meskipun aku bukan calon ayah yang baik tetapi aku sedang belajar menjadi madrasah pertama bagi keluarga kecil kita kelak, meskipun juga aku tidak tahu apakah kamu calon ibu yang baik tetapi aku yakin kamu adalah wanita yang baik, caramu mengutamakan sholatmu lebih dari apapun itu sudah cukup, tidak ada keraguan dan hal lain yang perlu aku cari lagi.
Aku tidak akan menjanjikan apapun agar kamu berkenan memilihku atau menerima surat permintaanku ini.
Karena jujur, aku tidak memiliki apapun yang patut untuk aku banggakan. Secara fisik, aku bukan seorang lelaki yang didambakan wanita. Aku juga bukan keturunan bangsawan atau konglomerat yang mempunyai harta melimpah. Aku juga bodoh, dengan nilai kuliahku yang pas-pasan.
Namun aku bersedia jadi sahabatmu sehari-hari di dalam rumah tangga kita, aku juga akan berusaha menjadi teman terbaikmu dalam beribadah meski kualitas yang aku miliki barangkali tidak akan membuatmu yakin kepadaku bahwa surga menjadi semakin dekat bisa bersama diriku. Kualitas ibadahmu jauh lebih baik dari diriku, aku sama sekali tidak baik. Dan hidupmu sudah sempurna jauh sebelum aku hadir di hidupmu. Kamu tak membutuhkan apapun dariku juga, tetapi aku membutuhkanmu sebagai makmumku, bolehkah aku bermimpi demikian?
Selebihnya, aku tidak ingin menjadi orang yang terlalu banyak bicara. Aku hanya memiliki keberanian menulis dari hati yang dilandasi niat untuk menjaga diri dari hubungan yang tidak diridhoi-Nya.
Ku harap dengan menulis surat permintaan ini, tidaklah dianggap suatu sikap merendahkan derajat sebagai seorang lelaki. Surat ini jangan dianggap sebagai surat cinta, karena taka da ungkapan perasaan atau rayuan gombal didalamnya.
Bahkan kamu dan aku adalah dua orang asing yang sama-sama tidak saling tahu. Namun aku berniat baik untuk mebersamai hidupmu. Jika kamu juga tidak tentu kamu cara yang baik untuk menanggapi surat lamaran ini.
Anehnya kenapa tulisan ini bisa terjadi begitu saja, dan akupun tak tahu kenapa bisa tertuju padamu. Namun, aku yakin. Semua yang terjadi adalah atas rencana-Nya. Bahkan tulisan yang kamu baca inipun, sebelum sampai kepadamu, pastinya telah tertulis di dalam kitab-Nya. Entahlah aku pun tidak mengerti.
Dari :
Lelaki yang berniat bersamamu, maukah kau bersamaku?
0 Komentar